Aku baru saja membaca sebuah tulisan yang judulnya cukup menarik perhatianku. Yah, tulisan khas, kamu. Tentang senja, gerimis, juga hujan. Aku mencerna beberapa kalimat. Mencoba mencari makna yang tersirat. Lagi-lagi aku harus menelan perasan tak enak ini. Perasaan ketika aku menangkap ada sosok yang menjadi tokoh utama dalam setiap tulisanmu. Kata demi kata menunjukkan bahwa kamu begitu menjaganya. Menjaga hati dan perasaan hanya untuknya.
Ada sesuatu yang membuatku bertanya-tanya sejak awal. Tentang pertemuan kita. Juga berbagai peristiwa dan kenangan yang pernah memaksa kita agar saling bercengkrama. Apakah aku tak cukup istimewa untuk menjadi salah satu tokoh dalam setiap tulisanmu? Ku pikir tak pernah satu kalimat pun yang kau tulis tentang aku, tentang kita, dan tentang berbagai pertemuan nyata yang pernah menjamah kebersamaan kita.
Kamu. Wahai laki-laki penggila minuman berwarna pekat manis hingga sering membuatmu rela berlama-lama hanya untuk sekedar menikmati setiap aroma dan rasa pahit yang menurutmu, masih ada manis yang mesti terceritakan.
Saat kamu membaca ini (atau mungkin tak akan pernah terbaca) aku masih belum mampu untuk mengatakan segalanya padamu. Sungguh, pertemuan pertama kita sejak dua ribu tiga belas lalu cukup menggoreskan kenangan yang sulit terbiaskan oleh apapun. Aku menyebutnya pertemuan nyata. Aku pun masih ingat kamu menanyakannya, ’kenapa pertemuan nyata? kesannya aku ga nyata banget buat kamu’. Yah, kamu memang bukan hal yang nyata untukku. Untuk seorang gadis yang hanya bisa menemuimu di setiap penghujung minggu. Seorang gadis yang takut salah jatuh cinta pada laki-laki seperti kamu. Seorang gadis yang hingga detik ini masih merapal namamu dalam setiap percakapannya dengan Tuhan. Berharap kamu akan menjadikannya masa depan.
Mungkinkah cinta tak pernah salah? Aku mulai merasakan hal yang luar biasa, bahkan ketika kita belum pernah saling menyapa. Saat kita diperkenalkan lewat dunia maya hingga akhirnya berujung pada sebuah pertemuan nyata yang membuat kita sempat saling merindukan meski tak pernah ada pengakuan dalam kata. Sempat saling ingin menemukan saat kita terpaksa dipisahkan oleh jarak yang terkesan begitu menyiksa.
Kamu. Ku akui, kamu telah berhasil merebut perhatianku selama ini. Membuatku bertahan dalam diam untuk selalu menjadikanmu harapan masa depanku.
dari ’Secret Admirer’ -mu
yang tak tau diri untuk mencintaimu